Saat mendapat undangan kopdar di istana Bonsai, saya sempat ngangsu kawruh dengan Begawan Kolor Ijo, intinya Begawan kasih nasehat kalau naik ke Cemorosewu dari Tawangmangu, akan sangat menyiksa motor, apalagi untuk motor matic sangat tidak direkomendasikan. Bisa TOTALAN kata Begawan, wah opo iki maksudnya, ternyata totalan rusaknya dan totalan biaya utnuk memperbaikinya, alias dedel duwel turun mesin habis biaya banyak.
Okelah saya sih percaya, karena Begawan kan orang Solo yang sudah malang melintang di dunia permongtoran sejak lama, lalu Begawan menyarankan lewat jalur selatan saja, yaitu lewat Wonosari tembus ke Wonogiri, dan nantinya tembus Magetan dari arah selatan, alias memutari Gunung Lawu dari arah selatan.
Berhubung KilauBiru memakai Skywave, maka usulan Begawan saya terima, dan akhirnya kami serombongan, yaitu saya dan istri memakai Pulsar UG4 BlackCoyote, Moko memakai Apache, Mercon-C memakai Honda Blade, dan Kilau Biru numpak Skywave, pada hari Sabtu tanggal 25 Desember 2010 berangkat kami dari kantor saya di kawanan Patuk GunungKidul, mengambil jalan ke jurusan Sambipitu melewati Gunung Nglanggeran, lanjut ke Siyono, saya isi bensin Rp. 20.000 aka 4,4 liter di POM Siyono. Selepas alun-alun Wonosari, kami belok kiri menuju arah Karangmojo melewati Jatiayu, lalu ambil kanan melewati Semin, lalu sampai Bulurejo ambil kanan (timur), melewati Pagutan, Manyaran, lalau lewat Mplopoharjo, dan sampai di Wuryantoro, kami mulai menyusuri tepian Waduk Gajahmungkur di sisi barat, menuju utara ke arah Wonogiri, dari Wonogiri kami ambil belok ke timur sampai ke POM Bensin Ngadirejo. Kilau biru dan Mercon memberi minum motornya, kami beristirahat sekitar 15 menit disini, di POM bensin di bawah pohon Durian, tidak lupa Mercon dan Adhani sholat luhur di masjid seberang jalan POM bensin, saya dan moko memutuskan untuk nanti saja sholatnya di jamak sama asyar saja, karena ribet harus ucul-ucul riding gear. Dari data di aplikasi android MY TRACKS terlihat jarak yang kami tempuh 89,44 km, total waktu tempuh 2 jam 20 menit, dan maksimal kecepatan kami adalah 73,80 kpj, kecepatan minimal adalah 38,20 kpj, dan rata-rata kecepatan adalah 43,39 kpj. Ketinggian maksimum 434 dpl, ketinggian minimal 148 dpl.
Kami meneruskan perjalananjalan dari POMPA Bensin di Ngadirejo ke arah timur jalannya berkelak-kelok naik turun, melewati Kedunggupit lalu Pandeyan, lalu sampai di Jatisrono, kami berhenti di sebuah warung untuk makan siang. Dari data di aplikasi MY TRACKS terlihat jarak tempuhnya 21,65 KM, ditempuh dalam 35 menit, maksimal kecepatan 69,84 kpj, kecepatan minimal 36,41 kpj dan kecepatan rata-rata 42, 38 kpj. Sedangkan ketinggian maksimal adalah 441 dpl dan minimal adalah 237 dpl.
Selepas makan maka perjalanan kami lanjutkan, dari Jatisrono kami lurus ketimur kearah Slogohimo, Purwantoro, Bulukerto dan akhirnya mendapati jalan naik turun pegunungan di selatan Gununglawu, ngerinya dikiri jalan adalah jurang yang sangat dalam, saya bayangkan bila terpeleset atau motor tergelincir dan masuk jurang, akan tamat dah riwayatnya. Setelah melewati semua pemandangan indah dan jalanan yang cukup menantang, akhirnya kami tiba di Plaosan. Data dari MY TRACKS jarak yang kami tempuh 46 km, dengan waktu tempuh 1 jam 10 menit. Kecepatan maksimal kami adalah 66, 24 kpj dan kecepatan minimal adalah 39,50 kpj dan rata-rata kecepatan kami adalah 43,61 kpj. Ketinggian tempat maksimal adalah 1.112 dpl dan ketinggian minimal adalah 335 dpl, jadi dapat jelas terlihat kami naik terus dari ketinggian 335 meter ke 1.112 meter. Cukup menantang bukan.
Kami tiba di Plaosan jam 15, lalu disuruh langsung naik ke Cemorosewu, karena rombongan Bonsai sudah ada di Cemorosewu sejak siang. Kami langsung naik, dan sempat salah ke arah Telaga Sarangan. Uedan jalannya naik terus, pulsar saya yang 180cc rasanya susah payah naik ke Cemorosewu, saya hanya pake gigi satu sampai 9.000 rpm, hanya kadang-kadang saja gigi 2.
Setelah puas di Cemorosewu, lalu rombongan turun ke Telaga Sarangan, tetapi Begawan Kolor Ijo, Mig dan Jahe pulang duluan, turun via Tawangmangu. Saat turun ke Sarangan, kami melalui jalan alternatif, yang minta ampun turunannya, saya sempat nyium bau kampas kopling terbakar. Kami keluar masuk jalanan sempit lewat pasar, dan yang pasti kami kok tidak lewat loket karcis, alias gratissss. Maklum yang cari jalan kan penguasa Danau Sarangan. Insiden mercon ilang sempat terjadi di Tlogo Sarangan, tapi untung bisa ketemu lagi 🙂 bener-bener deh anak alay satu ini.
Puas berfoto-foto, kami pulang, dan mampir ke masjid dulu, karena Bonsai belum sholat asyar, nah di masjid ini saat belok masuk masjid, pulsar saya malah jatuh karena ada urug yang berupa batu-bata sehingga motor saya oleh dan jatuh, dan akibatnya spion kiri saya patah, untung EngineGuard sudah saya pasang sehingga tangki dan bodi yang lain tidak rusak. Bagian belakang juga tertolong BOX kappa 42 saya, walaupun agak buret-buret, tapi tidak mengapa, dan untungnya box juga tidak rusak pecah atau patah pada kunciannya ke breket.
Sekarang giliran turun dari masjid, benar-benar jalan menyiksa motor, mungkin 45 derajat, turun tajam belok kanan lalu belok kiri tajam, benar-benar membuat tangan saya kerja keras menahan beban, apalagi istri saja otomatis jadi mepet kedepan menambah beban ke badan saya. Saya memang berhati-hati banget karena tadi sudah jatuh duluan di masjid. Untunglah kita semua sampai kerumah bonsai dengan selamat, meskipun ada insiden mbah Wir digondol gendruwo. WKWKWKW.
Minggu pagi kami semua pamitan dari istana bonsai. Saya, mercon, dan kilaubiru naik lagi ke Cemorosewu dan turun lewat Tawangmangu menuju Karanganyar, tetapi sebelumnya kami bertiga memberi minum tunggangan masing-masing di pompa bensin dekat rumah bonsai, sekitar 2 km dari rumah bonsai. Jalannya dari Cemorosewu turun ke Tawangmangu sungguh ekstrem, turun tajam dan sempit, masih ditingkahi dengan dengan turunnya kabut, sehingga jarak pandang hanya sekitar 5 meter kedepan, eh si alay Mercon masih sempat motret-motret. Saya ektra hati-hati, karena membawa beban box yang full muatan, juga boncengin istri, motor pulsar saya berat, dan sekali kepeleset pasti akan sangat fatal akibatnya, bisa ndlosor sendlosor ndlosornya. Saya sarankan untuk yang pakai pulsar dan tidak menapak tanah, alias dingklik detectect, pikir-pikir dah kalau mau naik atau turun via jalan ini, saya saja yang bisa napak masih juga jatuh saat kegronjal batu. Dari data di MY TRACKS terlihat ketinggian maksimal adalah 2.124 dpl dan ketinggian minimal adalah 123 dpl. Dapat saya lihat bahwa dari ketinggian 2.124 meter ke ketinggian 400 meter, jaraknya adalah 25 km, dan jalan turun kisaran 40-45 derajat, sungguh jalan yang sangat curam.
Dijalan sempat papasan rombongan Ninja250r yang kelihatannya enak saja naik ke arah Tawangmangu, hemmmm suara knalpotnya yang hampir semuanya diganti, lebih keras dan khas stereo, keras tapi enak didengar dikuping, jian bikin pingin saja.
Saya memisahkan diri dari Kilau biru dan mercon di sekitar Tasikmadu. Saya berencana mampir ke rumah pakdhe saya di Bulu Sukoharjo, tapi malah muter-muter gak karuan, meski bawa android ber GPS, tapi tetep susah juga, karena saya tidak bisa melihat layar android saya secara langsung, kan saya pakai pulsar, koplingan, pakai sarung tangan pula, sehingga tidak bisa mengusap-usap android. Akhirnya saya balik lagi ke arah jalan Solo-Jogja, dan pulang.
Kalau saya total perjalanan saya dari rumah – Magetan – rumah kira-kira 365 KM, ditambah muter-muter di sekitar Sarangan mungkin ada 20KM jadi total ada sekitar 385 KM, dan saya hanya habis bensin Rp. 40.000,- aka 8,8 liter, sehingga 385 km dibagi 8,8 liter samadengan 43,75 km/liter. Yup betul ini adalah konsumsi BBM si blackcoyote saya, di kisaran 40 km/liter.
Pagi harinya saat saya mau nyuci BlackCoyote, lho kok cakram saya baret-baret, waduh apa mungkin kampasnya dah habis, atau karena dari Cemorosewu sampai di bawah nekan rem terus??? Memang Begawan kolor Ijo enggak bohong, bahkan kemarin Begawan bilang kampas kopling suprafitnya juga kobongan. waduh.
Demikian sepenggal kisah perjalanan liburan saya ke Magetan, bertemu dengan sedulur-sedulur blogger dan komengtator, menikmati jalanan yang ekstrem, menemukan peseduluran yang indah. Trimakasih untuk mas Bonsai dan mbah Wir, serta teman-teman semuanya. Kapan-kapan kita ulangi lagi.
Kisah dari blogger yang lain bisa anda simak di http://www.koboys.wordpress.com
Filed under: Koboys, Sepeda Motor | Tagged: bonsai, cemorosewu, koboys, kopdar sarangan, magetan, mbah wir |
pertamax
SukaSuka
asem, pertamax nya diimpor ke blitar (clingak-clinguk liat sevi)
wahhh data ne valid, kusuka… (clingak-clinguk nonton android lover)
btw, lewat jalur selatan jatisarono, (malah bikin petualangan sendiri) kadohan puolll! , yg nunggu pada ngoyot jenggoten kabeh 😆
whaa? gear 1 terus?…, kemaren paijo gear 1-2…… sesekali gear 3…
tunggu artikel ke 2 ku pak 😀
SukaSuka
Asli rasane lemot tenan pulsarku
SukaSuka
atau melirik Scorpio?? btw, torsinya enal loh mas buat naik ke Sarangan kemarin. *manas-manasin.
SukaSuka
nampaknya bukan masalah pulsar, mungkin kurang biasa di pegunungan, kemarin sebelum jalan utama jadi aku selalu naik ampek cemoro sewu lewat jalur alternatif, pakek supra fit ngedong anak istri, alhamdulillah nggak masalah.
maklum orang gunung
SukaSuka
betul mas james bons… faktor kebiasaan saja 🙂
SukaSuka
hmm kalo vixion enak ajah tuh buat nanjak, hehe sales yamaha, clingak -clinguk nyari Mario
SukaSuka
setelah saya pikir-pikir, saya kemarin kan boncengin istri, trus saat naik saya juga ikut irama rombongan, sehingga tidak bisa mainin gas sampai puolll
SukaSuka
dari ceritanya, saatnya mas hadiyanta melirik Ninja 250 R.. bias nggak ngos-ngosan lagi naik ke Tawangmangu.hehehehe *LPG..
SukaSuka
Kalo paké N250, kayaknya nggak
terlalu pas…karena mas Hadi mungkin
juga ngajak istri…ada baiknya CBR250.
Skalian bisa kita test ride. Kalo N250, selain
punya mbahyut Eddy juga punya temen ada.
xixixi
SukaSuka
Paijo lancar jaya, syaratnya very high RPM , kalo boros.. hhmm resiko… motor track high rpm 😀
no problemo 😀
SukaSuka
😯 jadi pengen naik gunung pake fu
SukaSuka
over all thanks berat buat pak kepala suku dan semua sudah sudi mampi ke markas bonsai
SukaSuka
wah…exstrim tanjaane..seperti tanjaan tarahan arah ke bakaueni…trus nak numpak sepeda iso teko nduwur ora kui…
SukaSuka
Wah ngece ki motoran di cemoro sewu ampe ketinggian 2100 mdpl an, padahal pas ndaki ungaran cuma 2050mdpl. Ngece ki 😆
SukaSuka
terbukti to… skywave tangguh… hehehe *sales
sebelum berangkat saya cukup ganti kampas rem depan plus ganti oli, bersih2 karbu cuma pake carb cleaner.. bersih2 filter cvt.. beres… sekarang masih tetep dipakai naik turun gunungkidul..
alhamdulillah sehat 😀
SukaSuka
Eh kampasku dah > 25.000km dari awal beli blm ganti, untuk naik turun gunungkidul.
Trus begawan bilangnya yg naik dr tawangmangu ke cemorosewu yg bikin rusak, bukan turunnya.
SukaSuka
hehe makanya itu aku ganti kampas rem depan mas, memang sudah menipis pula…
yo kapan2 coba lagi ke istana james bons lagi via tawangmangu 😀 *siap2goleksilihanninja :p
SukaSuka
wah, aku gak ngecek kampas apa-apa,,,
*gak ngerti soalnya,,,
btw, seru banget ya jalannya,,,, si blade harus lebih keras berusaha nih kalo mau naek lagi,,, ekstrim abis jalannya,,,
SukaSuka
Thnks mas Hadi…
Ikut nyukseskan salah satu keinginan
saya…
Btw, yang penting kalo acara gitu lagi,
sama² kita siapkan motor kita masing²
supaya nggak nyusahin… 🙂
SukaSuka
mercon fotonya teler kecapekan. 🙂
SukaSuka
wah serem bener ya perjalanane, tapi malah penasaran…
SukaSuka
pokoke yang gak ikut nyesal seumur hidup
SukaSuka
mantap nie, ada perhitungan jaraknya juga…..jadi pingin android 😀
SukaSuka
absen ajah….dengan prepare motor sesuai kebutuhan…akan meminimalkan acara “ngrepoti” temen turing selama perjalanan
jangan sampe “bukak-bengkel” dihutan…ora ilok tur yo ra wangun!! hehehe……..
SukaSuka
ngeri dalane
SukaSuka
keren! 😀
SukaSuka
serasa baca blognya om edo, data berbicara… xixixi
tp mantep bro jadi tergambar kaya apa tracnya…
SukaSuka
komplit-plit………..
SukaSuka
kapan GUDEL disikso?
SukaSuka
pengalaman pribadi… walau cuman pakai Nouvo 2003 magetan-cemorosewu-solo sampai sekarang sehat2 aja tuh motor… yang penting mesti tau kapan lepas rem, apalagi sekarang jauh lebih ringan dari trek lama
SukaSuka
sip gan, saya aja yang warga karanganyar ngeri kalo naik gunung lawu apalagi yang bukan penduduk asli. .
SukaSuka
nitip sik gresh ;D
SukaSuka
mantap. . ..
torsi gede baru mantap , thunder 250 recomend banget kayaknya . . .
keep brotherhood,
salam,
SukaSuka
CBR 250r tahun dicoba kesana 🙂
SukaSuka
[…] Magetan – Cemorosewu – Tawangmangu, jalur penyiksa motor […]
SukaSuka
selamat menikmati tikungan wonogiri
(aku asli pandeyan,jatisrono,wonogiri)
SukaSuka
salam kenal mas.
SukaSuka
Numpang tanya,yg bikin kampas kopling kebakar itu pas tanjakan apa turunan ?
Sy tiap minggu dari naik tawangmangu-cemorosewu-plaosan-ponorogo pake supra fit thn 08 sampe skrg gak ada masalah tuh,pdhl sy jg bkn asli org jawa n msh belum lihai naik motor
SukaSuka
[…] Magetan – Cemorosewu – Tawangmangu, jalur penyiksa motor […]
SukaSuka
absen ah
SukaSuka
rame mas….
Rutemnya hampir sama ke kampung istri saya di tasikmalaya….
tapi di tempat saya jalannya lebar Jalan AKAP jadi Hotmix bisa buat uji nyali mas…
SukaSuka
menantang 😈
SukaSuka
[…] Mesin 110cc ini pun menemui kendala (halah ), dia hanya sanggup berjalan 20 kpj oom . Padahal dengan pelintiran gas maksimal (bener-bener sampe mentok!! ), jarum speedometer tetep ga beranjak di sekitaran 20-25 kpj. Tanjakkannya memang yahud! Hmm, kalo 5 kilo ada tuh, full tanjakan Bau kampas kopling hangus tajam tercium Baru percaya sama pesen oom bonsai di postingan oom hadiyanta: […]
SukaSuka
asekkkkkkkkkkkkkkkkkkk
http://pertamax7.wordpress.com/2012/01/10/wowknalpot-gatling/
SukaSuka
jalurnya emang menantang..pernah ke arah grojogan sewu tengah malem tapi nggak pake motor..jadi pengen ngajak supra 125 ke daerah ini.. 😀
SukaSuka
[…] jadi inget tulisan pak ketua KOBOYS disini.. […]
SukaSuka