KTDI, DVB-T, dan prediksi nasib operator transmisi


Baru beberapa minggu yang lalu saya menemukan situs http://www.ktdi.tv yaitu situs konsorsium tv digital indonesia yang beranggotakan 6 stasiun tv, antv, tvone, trans7, transtv, metrotv, sctv. Mengapa kok hanya 6? karena teknologi DVB-T yang merupakan teknologi penyiaran digital teresterial hanya memungkinkan 6 televisi siaran bareng dengan menggunakan satu mesin pemancar dan satu tower berikut antennanya juga hanya satu.

Ini saya copas dari tulisan di http://www.ktdi.tv/about.htm

Apakah KTDI itu?

KTDI (Konsorsium Televisi Digital Indonesia) adalah sebuah konsorsium hasil kerjasama antar 6 stasiun TV nasional Indonesia, yaitu ANTV, MetroTV, SCTV, TransTV, Trans7, dan TVOne.

Enam stasiun Televisi ini sepakat untuk membentuk sebuah konsorsium dan membangun infrastruktur bersama untuk penyiaran Televisi Digital Terrestrial dengan menggunakan system DVB-T, seperti yang telah ditetapkan Pemerintah. Pemerintah telah mencanangkan bahwa penyiaran Televisi Digital Terrestrial untuk Free-to-air* dimulai pada tahun 2008, dan diperkirakan siaran televisi analog tidak akan lagi beroperasi pada tahun 2018.

Perlu diketahui bahwa KTDI tidak menjual Set Top Box (Digital Receiver), pada awalnya KTDI membagikan beberapa Set Top Box hanya sebagai sample untuk uji coba.

*Free-to-Air: Penyiaran yang mengudara tanpa memungut biaya, dan mendapatkan hasil dari iklan.

Jadi yang saya sorot adalah membangun infrastruktur bersama yaitu membangun/mengadakan mesin pemancar digital secara gotong royong, kemudian ditempatkan di salah satu gedung dari anggota konsorsium. Karena infrastruktur disini bukan termasuk gedung dan tower, sebab hal itu sudah ada, tinggal pilih mana yang mau dipakai dengan pertimbangan masih ada tempat untuk sebuah mesin pemancar digital.

Berikut saya copas lagi dari http://www.ktdi.tv/tvdigital.htm

Di mana saja siaran Digital TV KTDI dapat diterima?

Lokasi pemancar KTDI terletak di tower ANTV di Joglo, Jakarta Barat. Dalam tahap uji coba ini, KTDI menggunakan Pemancar dengan kekuatan rendah yang mampu menjangkau sekitar radius 20 KM dari daerah Joglo. Dalam tahap selanjutnya, Pemancar dengan kekuatan lebih tinggi akan digunakan untuk menjangkau Jabodetabek.

Jadi di Jakarta sekarang ini sudah ada pemancar tv digital DVB-T milik konsorsium diatas, yang ditempatkan di gedung ANTV di JOGLO, Jakarta Barat. Yang nantinya akan diperbesar kekuatan pemancarnya sehingga bisa menjangaku JABODETABEK dengan kualitas yang lebih baik.

Saya prediksi mulai tahun 2010 akan segera dilanjutkan di kota-kota besar terutama yang dijadikan sasaran survey AC Nielsen. Pelan tapi pasti peralihan ke penyiaran teresterial digital ini akan terus berjalan, seharusnya mulai saat ini produsen pesawat televisi sudah harus mengeluarkan produk yang mendukung penerimaan tv digital, yaitu didalamnya sudah ada penerima tv digital, meskipun yang analog juga masih disertakan, jadi saat di kota-kota tertentu belum digital, pesawat televisi itu masih bisa menerima siaran seperti biasanya, dan nanti begitu siaran digital, maka pesawat televisi ini pun sudah mampu menangkap siaran digital.

Siaran analog akan masih beroperasi sampai 2018, bahkan diprediksi lebih cepat lagi yaitu 2016. Bahkan kalau saya pribadi berpendapat, sebenarnya malah bisa cepat lagi jika KTDI bisa bergerak lebih cepat juga.

Lantas bagaimana nanti saat pemancar teresterial analog dihentikan tahun 2016? itu artinya dari 6 anggota KTDI, pemancar analognya akan shut down semua, sehingga hanya akan ada satu gedung berikut tower dan antenanya yang dipakai untuk transmisi digital.

Sebagai gambaran nyata di Jakarta saat ini, pemancar digital sudah operasional di ANTV di JOGLO, maka mulai sekarang sampai tahun 2016 akan siaran dual mode, yaitu yang digital di ANTV, dan yang analog di tempat masing-masing. Sesungguhnya penduduk Jakarta saat ini memang sudah bisa menonton siaran TV via pesawat TV yang mampu menerima siaran digital. Atau pesawat tv analog yang iberi tambahan set top box.

Jadi saat 2016 pemancar analog di Jakarta harus shutdown, maka hanya pemancar digital di ANTV saja yang siaran. Lalu bagaimana nasib gedung, tower, antena, dan karyawan yang bekerja di stasiun analog yang tutup, logikanya karyawan harus shut down juga, karena tidak ada lagi yang harus di kerjakan. Mungkin saja masih bisa masuk ke studio jika mempunyai skill yang sesuai dengan kebutuhan studio.

Lantas siapa karyawan yang mengoperasikan pemancar digital? Jika dipahitkan tiap anggota konsorsium diambil 1 orang, maka hanya akan ada 6 orang yang selamat terus bekerja.  Nantinya 6 orang ini bisa saja komposisinya 1 orang jadi Kepala transmisi, dan yang 5 orang menjadi operator transmisi. Perlu diketahui bahwa saat ini minimal dalam satu transmisi ada 4 operator dan 1 Kepala Transmisi, sehingga ada 5 X 6 = 30 orang pekerja transmisi, jika nanti hanya diambil 6 orang, maka akan ada 24 orang pekerja transmisi yang berpotensi menjadi penganggur di tahun 2016 pada tiap kota.

Untuk satpam dan office boy tidak saya hitung, karena bisa saja nantinya gedung dan tower yang sudah tidak dipakai untuk pemancar tv ini dijual, lantas dibeli entah mungkin oleh TV lokal, atau radio lokal, atau Operator selular untuk BTS, tapi bisa juga nantinya gedung dan tower tidak dijual karena untuk kantor dan studio mini bagi TV Jakarta yang memang harus punya studio di kota-kota luar Jakarta yang disitu siaran teresterialnya ada.

Memang sebenarnya akan juga banyak peluang bagi pekerja transmisi di tahun 2016 nanti jika memang tidak terpakai lagi, karena akan ada banyak tv lokal yang berdiri yang membutuhkan tenaga kerja. Jadi kita tunggu saja perkembangannya, bisa memprediksi yang akan terjadi adalah lebih baik, bersiap menghadapinya dengan resiko terburuk juga perlu, dan lebih baik lagi jika dari sekarang mempersiapkan merebut peluang yang kira-kira besok ada dihadapan kita.

Selamat datang penyiaran tv digital, teknologi yang bagus dan efisien, baik tempat, tower, juga pekerjanya yang dari 30 orang hanya menjadi 6 orang.

22 Tanggapan

  1. Mas Hadiyanta yang baik..

    Setiap implementasi teknologi baru pasti ada trade-off nya, namun bukan teknologi tepat guna kalau itu tidak bersifat memudahkan manusia. Saya sependapat dan tersentuh dengan analisa njjenengan mengenai nasib transmiter operator.., saya yakin ada kebijakan yang fair dari masing-masing operator TV yang menaungi mereka.

    Migrasi dari TV Analog ke TV Digital memang sangat diperlukan di Indonesia, terkait dengan efisiensi frekuensi. Untuk teknologi DVBT yang diputuskan diimplementasikan di Indonesia, satu kanal sebetulnya bisa menampung sampai dengan 8 saluran. Selain efisiensi frekuensi, tentu kualitas gambar dan suara jelas lebih bagus…mengingat teknologi digital hanya mengenal 0 dan 1. Teknologi ini juga memungkinkan pemirsa untuk berinteraksi, sehingga tercipta komunikasi dua arah. Selain itu Content Industry akan lebih memiliki kesempatan untuk berkembang dan mengeksplor kreatifitas mereka.

    Receiver TV analog masih dapat digunakan untuk menangkap siaran TV Digital dengan bantuan Settop Box. Pemerintah akan mensubsidi penyediaan settopbox ini, kalau tidak salah harga akan dipatok pada kisaran 150 rb, namun tentu akan muncul beberapa type di pasaran.. pilihan ada ditangan konsumen. Berangsur-angsur…pesawat TV akan dilengkapi dengan settopbox didalamnya.

    Wah..kebanyakan nih mas…commentnya..
    Anyway..mari kita songsong implementasi TV Digital di Indonesia dengan possitif thinking…, era konvergensi dimana ICT dan Broadcasting menjadi “blended” semakin memudahkan manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya.

    Sukses untuk njjenengan..

    Salam,
    Agnes Multikom

    Suka

  2. @ Agnes Multikom
    Trimakasih sudah mampir dan komentar, saya memang menganalisa dengan kondisi terburuk yang mungkin terjadi, tetapi saya sendiri punya prinsip kalau kita punya skill, maka kitalah yang akan dicari oleh pekerjaan.
    Makin cepat migrasi ke digital makin baik, karena kasian tv tv lokal yang ingin segera siaran tidak punya kanal frekuensi lagi.

    Suka

  3. Assalamu’alaykum….

    Salam kenal dari Purwokerto, wah kita senasib nih Mas, saya juga berprofesi sebagai Broadcast Engineering (TRANS TV).

    Era TV Digital bisa jadi berita yg menakutkan pagi para operator TX, seperti yang njenengan paparkan itu. Tapi kira2 untuk kota2 non AC Nielsen (kaya di Purwokerto) tetep dikasih Digital juga ngga ya? Kan invest-nya gede juga tuh?

    Matur nuwun infonya, sngat membantu

    Kalo ada info2 perkembangan tentang TV Digital, posting terus ya mas

    Tetap Semangat…

    Wassalamu’alaykum

    Suka

    • Makasih mas telah mampir ke blog saya, di Gunung Tugel ya ngantornya??
      Yang jelas 2018 yang analog di OFF mas, makanya siap mental dan siap untuk yang terburuk saja, bukannya saya menakuti, tapi memang kenyataan seperti itu, apa masuk akal jika satu pemancar ditunggu oleh 6X4 = 24 operator, gak mungkin kan, pasti haya akan ditunggu 4 operator, yang 20 operator mungkin bisa di tempatkan ke bagian lain, atau mundur, atau dikurangi (PHK).

      Suka

      • Kita sih juga udah berpikir kemungkinan terburuknya juga, malah kita berinisiatif satu kantor nanti mau buat usaha semacam UKM gitulah he..he..

        Kalo boleh tahu, mas Hadi planningnya nanti gimna?

        Kita yang di Binangun-Banyumas mas, yang di Gunung Tugel itu Trans TV yg direlay TV Lokal Purwokerto.

        NB: KST Trans TV Jogja (Agus Purwaka) itu teman seangkatan di Trans TV, mungkin mas Hadi kenal?

        OK deh ditunggu kabar selanjutnya, senang bisa silaturahim sesama orang2 TX

        Wassalamu’alaykum

        Suka

    • MAs operator Trans Tv banyumas, bagaimana nasib siaran transtv banyumas kok pada hilang. Belum hilang rasa sedih dengan tidak adanya transtv banyumas Global tv ikutan hilang. MAs coba dong dijelaskana mengapa transtv banyumas tidak siaran lagi, terima kasih

      Suka

    • knapa trans tv banyumas tidak siaran lagi,,,

      Suka

  4. wah ada orang di purwokerto, bisa mampir nih, padahal yo sering ke krumput kalau pulang hehe..
    salam kenal mas abughazy..

    Suka

  5. Salam kenal juga mas Ismail, wah asli banyumas ya? kalo aku cuma istri yang asli banyumas he..he…

    Tentang TV DIGITAL, temen2 di Jogja gimana menyikapi hal ini mas Hadi?

    Suka

    • kayaknya baru saya dan teman2 tran7 jogja yang nyadar. Lainnya entah tau entah tidak.

      Kemarin baca di Detikinet, ada beberapa grup

      KTDI (antv, tvone, trantv, trans7, sctv, metro)
      Telkom+TVRI (belum tahu apa tujuannya)
      Indosat (handheld) bisa liat tv via hp streaming misal pake Nokia N95
      MNC untuk digital kabel.

      Jadi untuk jogja, jelas KTDI tinggal nanti mau naruh pemancar digital dimana, trus Grup MNC di Jogja sekarang sudah RCTI, TPI, GTV, SUNTV dalm satu area, satu tower. TVRI sudah bangun pemncar juga di Patuk, jadi tinggal INDOSIAR saja yang sendirian besok.

      Suka

  6. Salam kenal mas2x saya TO (Tenik Operator) dari SCTV tegal ngikut juga nih nyumbang comments, kalau menurut saya ya, ibarat hujan kan mendung dulu jadi ya Alkhamdulillah jauh2 kita sudah tu, dan bersiap2 menyongsong era digital, ya.. umpama menabung lah buat masa depan, investasi untuk jangka panjang.. umpamanya beli tanah kek, mumpung kita masih bekerja.. atau cari mulai merintis lain yg kira2 buat besok.. ya mudah mudahan TV Lokal mau menerima kita sebagai karyawan.. trims.. salam kenal..

    Suka

    • Salam kenal mas Deni, ya makanya saya tulis ini biar yang belum tahu menjadi tahu, dan bisa menentukan persiapan untuk menghadapai kemungkinan terburuknya, yaitu PHK.

      Suka

  7. he…he….
    temen2 njenengan sekantor juga disadarkan
    mungkin ada yang belum Ngeh dengan adanya rencana migrasi ke TV Digital
    siap-siap wirausaha ato cari kerja ditempat lain

    Suka

    • jaman informasi ya harus sebanyak mungkin membacara informasi, biar update segala kemungkinan yang terjadi.

      Suka

  8. salam kenal buat teman2 tx. kebutulan sy operator transtv pontianak. mau tanya mas apa kemungkinan kami bs bertahan sedangkan untuk KTDI (antv, tvone, trans7, sctv, metro) siarannya pada numpang tempat tanpa operator.

    Suka

    • menurut saya, nanti saat pemancar TV analog di OFF, yaitu maksimal 2018, maka operator tv jelas tidak akan dipakai lagi, lha mau kerja nunggu apa? karena pemancarnya sudah OFF. paling selamat ya tiap anggota KTDI diambil satu-satu, jadi nanti yang ikutan KTDI atau mewakili tv masing-masing di KTDI hanya ada satu orang. tapi bisa saja KTDI hanya ambil 4 orang. Jadi siap-siap yang terburuk saja di 2018. Kecuali anda punya skill lain dan bisa di tempatkan di divisi lain.

      Suka

  9. Ass.

    Salam kenal Mas Hadi dari saya, Operator Transmisi di Semarang. Menanggapi masalah diatas saya mempunyai 3 opsi solusi:
    1. Terus mengasah kemampuan dibidang pertelevisian khususnya teknologi digital sehingga ketika perubahan ys sangat radikal tersebut terjadi kita bisa langsung siap beradaptasi dan mampu bertahan dengan pekerjaan kita.
    2. mencari pekerjaan lain mulai sekarang
    3. menabung sebanyak-banyaknya untuk wirausaha sehingga ketika kemungkinan terburuk terjadi (PHK) kita sudah siap

    Demikian sedikit dari saya semoga bermanfaat.

    Anwar
    Semarang

    Suka

    • Salam kenal mas Anwar. Menarik juga opsinya,

      saya tanggapi untuk opsi pertama, sebenarnya hanya Transmisi kita saja yang masih analog, semua teknologi TV sudah digital, dari Studio trus dipancarkan lewat Satelit (dvb-s), atau via kabel (dvb-c), atau via BTS hp/handheld (dvb-h), atau terakhir lewat transmisi digital teresterial (dvb-t), nah tetap saja satu transmisi terseterial digital besok bisa untuk 6 tv sekaligus, dan saya yakin besok dipegang oleh Perusahaan lain, misal KTDI. Dan logikanya karyawannya juga paling operator 4, kepala 1, satpam 3 atau 4, OB 1. Standard lah, jadi tetap membuang 5 pemancar dan SDMnya. Secara teknologi di pemancar kita sebagai operator rasanya tidak ngaruh apa-apa, mesinya tetap kok, cuma outputnya sudah digital.

      Opsi kedua mungkin lebih tepat kalau memuat bisnis sendiri mulai sekarang, jadi tidak mengganggu kerja kita, kalau mencari kerja lain trus nanti bagaimana membagi waktunya?

      Opsi ketiga, yah memang itu saya kira yang terbaik 🙂 Siap untuk hal paling buruk. Dan siap menghadapinya tentunya.

      Suka

  10. klaw untuk operatot baru hanya di butuhkan 6 orang kan siaran tv butuh tayang 24 jam jdi harus ada operator tambahan 2 atw 3 shif, tinggal di kalikan saja 2 atw 3 shif.

    Suka

  11. Tenang…..Tenang….Tenang…..Saudara-saudaraku sesama Operator. Yakinlah bahwasanya rejeki kita sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Yang terpenting saat ini kita bekerja dengan baik dan lebih baik, perbanyak doa. Dan bila masih ada kesempatan mulailah berbisnis selama tdk mengganggu pekerjaan kita.
    Sebenarnya dibalik itu semua ada satu peluang yg bisa kita manfaatkan sebagai orang TV misalnya kita buat STB (Set Top Box) dan kita siap jual ke konsumen pada saat era peralihan dari analog ke tv digital. Saya siap koq sebagai salah satu marketingnya hehehee……

    Suka

Silahkan memberi komentar