Hari ini saya ceritanya nganter teman kantor Semarang yang kebetulan main ke kantor Jogja, kebetulan pas jam istirahat makan siang, lalu saya ajak ke Embung Nglanggeran, yang jaraknya cuma kisaran 3 KM dari kantor. Lagi pula saya juga belum pernah kesini, itung-itung wisata sambil foto-foto untuk tayang di blog ini, biar tambah dikenal wisata ini, amin.
Saya naik Jovan, dan ternyata jalan menuju embung setelah masuk ke dusun di dekat gunung nlanggeran, jalannya masih jalan cor semen, dilanjut jalan tanah yang hanya muat satu mobil, sehingga diakali oleh pengelola dengan komunikasi via HT, jadi dapat dipastikan jalan tanah sepanjang kurang lebih 1 km, hanya dilalui mobil dalam satu waktu, dan tidak papasan di tengah jalan. Repot kalau sampai papasan, karena jalannya pas banget, padahal jovan kan singset nih bodinya 😀
Tuh jovan dah parkir manis sendirian, dan latar belakannya adalah embung yang ada diatas bukit, jadi harus jalan kaki olah raga naik bukit menuju embung.
Mari kita mulai naik, jalannya masih dalam tahap pengerjaan, tapi jalan setapak menuju atas sudah dibuat bagus dan permanen dengan tangga dari batuan alam. Lumayan ada 4 tangga seperti ini jika saya tidak salah hitung, untuk menuju sampai keatas.
Embung ini diresmikan oleh Sri Sultan HB X, pada tanggal 19 Februari 2013, setahu saya tanah yang dipakai adalah SULTAN GROUND, dan fungsi dari embung ini adalah untuk menampung air dari sumber SONG PUTRI, yang tentu saja letaknya diatas embung ini, ajaibnya bahwa embung ini sebenarnya sudah di tempat yang tinggi, tapi ternyata masih ada mata air yang berada di ketinggian di utara embung ini, dan fungsi dari embung ini adalah untuk pengairan tanaman duren yang ditaman disekitar embung, ajaib pasti kisaran 5-10 tahun kedepan pemandangan dibawah embung ini adalah pohon durian yang berbuah lebat, sebagi pecinta buah durian, saya sangat senang dengan ide cemerlang ini. Oh iya pohon duriannya setahu saya yang akarnya tiga buah lalu digabung jadi satu batang, sehingga diharapkan bisa cepat besar, karena ada tiga akar pencari makanan yang mensupply satu batang saja. Mungkin 5 tahun sudah ada yang berbuah, semoga begitu.
Sampai diatas lumayan juga butuh tenaga, tapi semilir angin dan cuaca sedikit mendung, menjadi hal yang sangat menyenangkan dan menyegarkan badan dan pikiran, ada beberapa pasang muda mudi sedang bercengkerama wisata di atas embung ini, embung ini dibuat dengan semacam plastik tebal yang disambung dengan teknik khusus, sehingga air tidak merembes kemana mana. Sungguh ide yang bagus.
Akan lebih baik kalau kesini pas sore menjelang maghrib, bisa melihat matahari tenggelam, bisa juga melihat kota Wonosari dari atas embung ini, bisa bayangkan betapa tingginya tempat ini kan?
Untuk masuk ke embung ini, kita harus merogoh kocek Rp. 5.000 untuk parkir mobil, dan Rp. 3.000 per orang untuk Tiket masuknya, tidak begitu mahal sih.
Dan jangan kuatir, ada kamar kecil juga disini, yang belum saya lihat adalah mushola. Ada juga semacam pendopo diarah barat parkiran, tapi saya tadi tidak sempat kesana.
Saya rekomended banget bagi anda untuk menjajal berwisata ke embung ini, dan juga di dekat embung ada juga wisata GUNUNG API PURBA LANGGERAN, itu gunung batu hitam yang kelihatan di foto. tapi karcis dan parkirnya lain, karena tempatnya agak jauh meskipun masih satu kawasan.
Jangan lupa saat pulang dan perut lapar untuk juga untuk mencicipi soto mak Jam yang ada dikekat parkiran Gunung Api Purba Nlanggeran.
http://hadiyanta.com/2013/10/08/soto-sapi-dan-ayam-mbak-jam-di-gunung-purba-langgeran/
Ada juga warung lesehan pok Gunung, di dekat puskesmas Tawang, sekitar 1,5 KM dari parkiran.
http://hadiyanta.com/2013/10/09/warung-lesehan-pok-gunung-langgeran/
Filed under: Kuliner, Seputaran Jogja, Travelling | Tagged: danau nglanggeran, Durian, embung nlanggeran, Gunung api purba, gunung purba, langgeran, nglanggeran, situ nglanggeran, soto mak jam, soto pok gunung, sultan ground, waduk nglanggeran | 14 Comments »