Memandang kota Jogja dari Hargodumilah atau BUKIT BINTANG

Anda bisa nyantai di warung ini

Anda bisa nyantai di warung ini

Hargodumilah view

Jangan bayangkan Hargodumilah itu sebuah puncak gunung yang tinggi, karena Hargodumilah hanyalah bukit kecil di sebelah kanan jalan Jogja-Wonosari, jika kita melaju dari arah Jogja mau ke Wonosari, GunungKidul. Tetapi justru inilah kelebihan Hargodulmilah.

Tempat pemberhentian di Hargodumilah

Tempat pemberhentian di Hargodumilah

Jika akan “naik” ke Kabupaten Gunung Kidul, mungkin mau ke Wonosari, Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Krakal, atau mau menikmati wisata kuliner SEGO ABANG SAYUR LOMBOK IJO di Karangmojo (saya ceritakan tentang hal ini di tulisan yang lain), maka jalanan naik menanjak berkelok yang sesungguhnya adalah mulai dari Pertigaan Piyungan sampai di Depan Polsek Patuk yang lama dekat Radio GCD, Adrenalin akan terpacu jika melewati jalan ini, tetapi bagi yang belum hapal jalan ini harus ektra hati-hati, dan tidak boleh sembarangan mendahului kendaraan yang didepannya, dan yang lebih penting untuk para pengendar motor, wajib menyalakan lampu utama. Letak Hargodumilah kurang lebih 700 meter sebelum Radio GCD, tepatnya sebelum Tugu Perbatasan antara Bantul dan GunungKidul, jadi Hargodumilah ini masih di wilayah Kabupaten Bantul. Semoga saya tidak salah.

Sore yang ramai

Sore yang ramai

Hati hati jurang sedalam10 meteran lhoh

Hati hati jurang sedalam10 meteran lhoh

Akhir 2001 ketika saya mulai rutin melewatinya, bagian utama dari dataran bukit Hargodumilah ini sudah berupa reruntuhan seperti bekas rumah atau mungkin pendopo. Dahulu tahun akhir 2001, selepas maghrib saja ngeri kalau lewat, tetapi mulai sekitar tahun 2006 seiring dengan makin banyaknya orang yang punya motor di Jogja, maka jalanan Jogja Wonosari pun semakin ramai dan aman, sehingga Hargodumilah pun semakin ramai disinggahi para pengendar motor atau mobil.

Hargodumilah tgl 08/03/2006

Hargodumilah tgl 08/03/2006

Sewaktu gempa dahyat mengguncang jogja dulu, jalan raya Jogja-Wonosari di dekat Hargodumilah ini retak melintang memotong jalan raya, tetapi terus di perbaiki, dan kemarin di akhir 2007 malah jalan diperlebar dengan mengepras tanah di lereng bukit, lalu dibuatkan pagar bumi setinggi sepuluhan meter dan sepanjang bukit Hargodumilah, jalan yang diperlebar sekitar 5 meter juga di cor, jadilah sekarang Hargodumilah benar-benar nyaman untuk disinggahi, karena baik parkir motor atau mobil bisa terakomodir dengan baik dan mudah sekali.

Hargodumilah tugu batas kabupaten

Hargodumilah tugu batas kabupaten

Bisa dipastikan tiap sore hari menjelang magrib, banyak sekali orang yang menikmati pemandangan dari Hargodumilah, dari atas sini bisa dilihat bangunan-bangunan tinggi di Kota Jogja, jika beruntung cuaca sedang cerah, maka bisa terlihat bangunan Monumen Jogja Kembali yang seperti tumpeng, juga terlihat jelas lalu lintas sepanjang jalan jogja wonosari. Lebih jauh ke utara, bisa dilihat Gunung Merapi yang megah. Lebih ramai lagi jika malam minggu, banyak rombongan muda mudi yang mampir di Hargodumilah ini. Menikmati tenggelamnya matahari di hargodumilah, juga merupakan pemandangan yang sungguh sayang jika dilewatkan.

nampang di hargodumilah

nampang di hargodumilah

Dimana ada keramain, disitu akan tumbuh geliat ekonomi, begitu pula Hargodumilah, disekeliling bukit sudah berdiri warung-warung aneka macam, yang menambah semarak dan hidup Hargodumilah sampai malam. Tetapi saya tidak tahu status tanah Hargodumilah, status warung-warung yang berdiri disekelilingnya, apakah legal atau tidak. Pernah dengar bahwa kepemilikan Hargodumilah ini di bawah Kraton Ngayojokarto Hadiningrat.

Jadi jika sekali waktu anda naik ke GunungKidul, sempatkanlah mampir di Hargodumilah.

Asyik juga ngenet di Hargodumilah

Asyik juga ngenet di Hargodumilah

Kerusakan dan masalah pada pemancar relay televisi UHF

Salam kenal dari saya untuk rekan-rekan para operator transmisi televisi UHF (Transmittion Operator/ Tx Operator), ngumpul disini yuk, untuk sharing tentang semua hal, baik itu kerusakan dan maintenance mengenai pemancar TV UHF, ataupun tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan kita sebagai operator transmisi.
TV kita masing-masing boleh bersaing dalam rating dan acara, tetapi sebagai profesional pekerja televisi, khususnya dalam bidang operator transmisi, marilah kita saling bahu-membahu untuk sharing pengalaman yang berguna untuk pekerjaan kita.
Berbagi ilmu sungguh malah akan membuat kita tambah pintar.
Banyak hal yang harus ditangani seorang operator transmisi, mulai dari sumber tegangan yaitu PLN dan Genset, Panel-panel kelistrikan (MCCB, MCB, FUSE, dll), UPS, Parabola, LNB, Receiver, Pacthing, Pemancar, Rangkaian Elektronika, Naik Tower, dll. Dan kesemuanya itu ada saat-saat kerusakan menghampiri, dan kita harus secepat mungkin repair agar pemancar tetap hidup. The show must go on.

mengapa aku pilih hp SIEMENS

Ceritanya dimulai ketika pertama kali aku punya HP tahun 1999, aku beli HP karena tuntutan SKRIPSI ku yang berhubungan dengan selular GSM, sehingga perlu hp yang bisa untuk monitor kanal frekuensi yang dipakai pada tiap BTS, akhirnya terbelilah juga hp pertamaku SIEMENS S4 POWER, hpnya lebih mirip walky talky, antenanya malah bisa ditarik atau dibenamkan. Dan HP ini ada menu rahasia yang harus diprogram agar bisa untuk memonitor network.

Siemens S4 Power ini bandel banget, sudah tak terhitung jatuh sampai buyar antara hp, batere dan penutup batrenya, tapi tetap saja bisa hidup seperti sedia kala. Terakhir HP ini jatuh sampai hilang salah satu komponennya, sepertinya sebuah Resistor kecil berbentuk kotak, barulah HP ini mati, tamat.

Selanjutnya aku punya Siemens C35, M35, S45, ME45, C75, semuanya memuaskan, paling hebat memang Siemens ME45, HP ini kugunakan untuk ngenet via GPRS sebagai modem, sampai sekarang HP ini masih terus kupakai untuk ngenet.

Sebenarnya kemarin pingin punya S75, ini adalah hp high end terakhir yang dirilis Siemens sebelum diakuisisi oleh Benq. Tapi di Jogja nyari-nyari susahnya minta ampun. Akhirnya untuk pertama kalianya aku beli HP selain Siemens, jadilah SE K750i menemaniku sekarang ini.

Yang membuatku nyaman pakai Siemens antara lain:
1. Bukannya pinter inggris, tapi setingan bahasa di HP ku selalu pakai bahasa inggris, kebetulan memang HP siemens dulu tidak ada bahasa indonesianya. Keuntungan pakai bahasa inggris adalah, istilah-istilah di hp siemens mirip banget seperti istilah-istilah di komputer, keuntungannya lagi kalau bisa memakai HP siemens, untuk mengoperasikan HP merk lain, hampir tidak ada kesulitan.
2. HP nya tahan banting beneran.
3. Servis oleh DGE (Dian Graha Elektrika) amat memuaskan, setidaknya itulah pengalamanku, asal HP masih garansi, maka gratis, kalau sekedar ngeflash. Sekarang ini PT DGE, megang banyak sekali HP-HP pendatang baru, dan aku yakin asal servisnya masih standard seperti waktu pegang siemens, maka HP-HP pendatang baru itu bakal laku.
4. Yang pakai siemens tidak banyak, jadi agak eklusif.

ciri-ciri BTS Telkomsel, Indosat, XL, TV

Pernahkah anda memperhatikan dengan seksama rata-rata di daerah anda ada berapa tower BTS berdiri? Saya yakin kebanyakan minimal ada 3 tower BTS yang saling berdekatan, dan ketiga tower BTS itu pastinya milik Telkomsel, Indosat dan XL. Kalaupun baru ada satu BTS, kemungkinan besar milik Telkomsel, kalau ada 2 BTS maka kemungkinan besar adalah milik Telkomsel dan Indosat. Seperti telah kita ketahui, bahwa Telkomsel memang yang pertama kali mengklaim di setiap kecamatan di Indonesia ini sudah ada BTS punya dia (Telkomsel).

Tetapi sekarang ini kalau dilihat secara kasat mata, bisa dikatakan bahwa ketiga besar operator GSM (Telkomsel, Indosat dan XL) kalau di pulau Jawa ini keberadaannya sudah merata, alias ketiga-tiganya ada semua. Kalaupun di suatu tempat ada BTS lebih dari tiga buah, itu bisa jadi adalah milik operator 3 (mau), atau milik flexi, atau milik esia, atau milik smart, atau milik Fren, atau milik ceria.

Lalu bagaimana cara mengenali antara BTS satu dengan yang lainnya, itu miliknya operator apa. Secara fisik hanya XL yang paling gampang dikenali, setahu saya BTS XL memakai besi tower berbentuk bulat (tubular) dan tiang besinya yang keatas hanya ada 3 buah. Sedangkan BTS Telkomsel dan Indosat secara fisik bentuknya mirip, yaitu dibuat dengan besi L dan selalu 4 tiang, yang membedakannya menurut saya adalah bentuk BTS telkomsel agak lebih kecil atau ramping, dan lebih tinggi (tapi tidak juga selalu seperti itu). Memang sulit menjelaskannya tetapi kalau saya pribadi rasanya tidak susah mengidentifikasi mana BTS Indosat, mana yang Telkomsel. BTS 3(mau) juga agak gampang dikenali, yaitu mirip BTS XL dengan besi bundar dan hanya tiga tiang keatas, tetapi bentuknya biasanya kecil dan tidak terlalu tinggi, juga bentuknya dari bawah keatas lebarnya tetap, maksud saya jika BTS XL itu dari bawah jarak antar tiang itu lebar, lalu makin keatas makin mengecil, jika 3(mau) jarak antar tiangnya konstan dari bawah sampai atas.

Terus kalau tower antena TELEVISI itu seperti apa? Kalau anda tinggal di kota Jogja, paling mudah adalah melihat antena TVRI yang di Jalan Magelang, atau Antena RB TV di komplek radio Reco Buntung. Perbedaan yang paling mencolok adalah letak antenanya, kalau BTS pasti disamping BTS dan kebanyakan 3 arah warnanya putih. Kalau antena TV pasti ada di puncak antena, biasanya ada kelihatan ada beberapa lapisan berwarna merah dan putih. Antenna TV bentuknya pasti besar dan menjulang tinggi, paling tidak 100 meteran (kalau di Jogja). Kalau di Jakarta (daerah Joglo dan Kebon Jeruk) atau di Surabaya daerah (Darmo) tinggi antena TV bisa sampai 200-250 meter.

Mungkin ada yang bisa menambah lebih detil dan spesifik. Silahkan.

Saat besar nanti mau jadi apa…..

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa aku mendapatkan pekerjaan seperti sekarang ini. Padahal waktu aku kecil dulu, saat tiduran di tikar Mendong yang digelar bunda dibawah temaram bulan purnama di halaman depan rumahku, aku bilang mau jadi PILOT, selalu seperti itu jawabanku saat ditanya bunda, bapak, ataupun saudara-saudaraku.

Saat SD seingatku aku berganti haluan ingin jadi INSINYUR, entah apa yang terbayang dalam benakku saat itu tentang definisi insinyur.

Saat menginjak SMP aku malah ingin jadi pengarang buku, jadi sering nulis puisi, nulis cerita, seneng banget baca buku-buku cerita di perpustakaan, atau mungkin lebih tepatnya saat itu pingin jadi penyair.

Saat SMA aku mulai kenal musik ROCK, ada Judas Priest, Loudness, OVERKILL, Metallica, Obituary, Helloween, Scorpion, music underground, dll. Saat itu mungkin lebih ke obsesi pingin jadi anak band, yach obsesi yang umum pada usia tersebut. Aku bela-belain kursus gitar, guru gitarku sekarang jadi gitarisnya OM SATRIA yang secara reguler mengisi acara dangdutan di PURAWISATA, heran ya belajar gitar musik rock pada gitaris grup dangdut, tapi emang guruku gitar ini awal mulanya ngerock juga, tapi tuntutan kehidupan menggariskannya jadi gitaris orkes melayu.

Pada akhirnya aku sadar, bahwa musik, panggung hiburan, adalah bukan jalan hidup yang sebenarnya kumau. Walaupun saat kuliah selama hampir 4 tahun rambutku gondrong mirip banget seperti Slash (Gitarisnya GnR), pokoknya seperti kembarannya lah.

Sampailah setelah lulus kuliah aku merasa benar-benar pada berada dipersimpangan kehidupan, saat itu benar-benar merasakan kebesaran ALLAH atas kehidupanku. Diaberi-Nya aku pekerjaan sebagai BROADCAST ENGINEER. Benar-benar ajaib pekerjaan ini kudapatkan, hari Jumat sore aku memasukkan lamaran, malaemnya langsung dapat telepon agar paginya test. Hari sabtu jam 8 test, dan diterima. Alhamdulillah.

Tahun 2001 sampai sekarang aku setia dan sekarang makin mencintai pekerjaanku ini.

Gigi, dokter gigi, sakit gigi, penyesalan

Ceritanya sabtu 120108, nganter anak & istri ke POLY GIGI RS SARJITO. Baru nyadar jg jk ada gigiku jg yg krowok tinggal akarnya. Dulu emang takut ke dokter gigi, jd akibatnya skrg br terasa. MENYESAL. Hikmahnya adalah mulai skrg hrs menjaga badan, ruh, iman dan perbuatan agar bsk tdk menyesali atas apa2 yg kita perbuat, ataupun sebaliknya. SYURGA atau NERAKA adalah konsekuensi dr pilihan2 dan hal2 yg kita lakukan sekarang ini. CLING. Cerah.

Cara mudah membuat dan menulis blog dengan HP GPRS dan operamini 4

Awal mulanya aku sering ngenet hanya memakai HP ku SE K750i yang sudah ku install program browser java yaitu OPERA MINI 4 dan memakai akses GPRS memakai Indosat Matrix, hingga suatu saat nyangkut di sebuah situs blog milik mas Anjar Priandoyo, dari sinilah awal mulanya aku kenal blog.

Lewat ngenet di HP pula aku langsung memberikan komentar atau kesan pada blog tersebut, sehingga lama-lama malah kepikiran pingin punya blok sendiri, lagi pula memberi nama blog sesuai nama kita sendiri belum tentu dapat, karena siapa tahu sudah dipakai oleh orang lain yang kebetulan namanya sama dengan kita.

Saat ke toko Gramedia nganter istri, aku melihat sebuah buku yang memang kuperlukan untuk membuat blog, biar tidak belajar dari nol benar, buku ini judulnya “TRIK CEPAT MEMBUAT BLOG dengan WORDPRESS”. Setelah baca-baca sebentar, langsung kupraktekkan, aku tetap pake HP SE K750i+MATRIX GPRS+OPERAMINI 4. Iseng saja aku SIGN UP WordPress untuk bikin blog via HP. Ternyata sukses, dan untungnya nama blog yang kumau belum digunakan oleh orang lain. Jadi blog ku ini kubuat hanya dengan jempol tangan kiri, sebagai mana biasa kalau aku SMS, pegang hp dengan tangan kiri, dan pncet-pencet keypad HP dengan jempol kiri.

Secara teknis untuk bisa internet via HP adalah.
1. HP anda harus support GPRS, syukur yang GPRS klas 10, biar cepet aksesnya.
2. HP anda harus support java. Ini diperlukan untuk install program browser java gratis yaitu OPERA MINI 4. Bisa anda buka via browser asli baan hap anda di alamat http://www.mini.opera.com lalu download saja operamini 4, besarnya tidak lebih dari 140Kb.
3. Setting GPRS di HP anda harus sudah benar, artinya disetting sesuai kartu dan operator yang anda gunakan, langkah mudahnya bisa setting via OTA. Atau jika bingung, datang saja ke Customer Service Operator anda, minta settingkan GPRS.
4. Lebih enak anda pakai kartu GSM Paskabayar, misal Matrix atau Xplor, karena keduanya ada paket langganan GPRS sebesar Rp. 99.000,-/bulan dan dapat jatah 250Mb/bulan.

Jadi sekarang anda fleksibel yaitu bisa langsung ngenet di HP, ataupun bisa ngenet di PC atau laptop, dengan HP sebagai modemnya. Tapi kendalanya jika menulis blog via HP cuma bisa nulis 450 karakter, sepertinya ini adalah batasan maksimal jika menulis SMS (ini kasus di HP SE K750i). Skrg dimanapun dan kapanpun asal ada sinyal GPRS INDOSAT, aku bisa nulis blog. Jadi mari ramai-ramai ngeblog via HP, mudah murah dan meriah.

Halo teman2 TE UMY 92, NGUMPUL YUK

Ada rasa kangen dan rindu untuk kembali berkumpul, bercanda dgn kalian semua teman2 TE UMY angkatan 1992. Ngumpul lg yuk, walau hanya via blog.

Hidup diatas motor

Jika kita lihat di jalan, sepeda motor adalah mode transportasi yang paling banyak digunakan saat ini. Tak terkecuali dengan diriku ini, kalau ditotal yang pasti dalam sebulan kurang lebih 15 kali pulang pergi dari rumah ke tempat kerja, maklum kerjaanku shift, jadi tidak tiap hari berangkat kerja. Aku menempuh 70 Km (PP), dikali 15 berarti sebulan ada sekitar 1.000 Km, tetapi kenyataannya dalam sebulan aku bisa habis 2.000 Km, itu aku tahu, karena tiap bulan motorku kuserviskan dan ganti oli rutin saat speedometer kelipatan 2.000 Km. Jadi yang 1.000 Km diluar saat dipakai PP untuk kerja, ya antara lain untuk anter anak pulang pergi sekolah, kadang juga anter istri belanja , dan lain-lain.

Sebenarnya sebulan mengukur jalan dapet 2.000 Km, belumlah seberapa. Temenku yang kerja sebagai Collector di salah satu Leasing Motor, bisa seharian muter-muter Jogja dari ujung-ke ujung, gak bisa banyangin beraka Km dilaluinya tiap hari.

Hidup kita memang banyak terpakai di atas motor dan jalan raya. Motor yang sehat, badan kita yang sehat, adalah hal bijaksana agar kita selamat di jalan raya. Mengendarai motor juga harus hati hati dan kecepatannya harus sesuai kondisi jalan yang kita lalui. Di jalan raya yang lenggang, kita harus menyamakan kecepatan dengan motor atau mobil lainnya, agar tidak malah membuat pengendara lain nyalip-nyalip kita terus. Tapi sebaliknya di jalan kampung kita harus lebih pelan dan hati-hati, agar tidak didoakan yang jelek-jelek sama orang kampung yang mangkel jika melihat kita ngebut di jalan kampung.

Begitulah. Jadi seberapa jauh anda mengukur jalan hari ini?

frekuensi milik siapa, sebuah kasus tv lokal vs tv jakarta

Sekarang ini ada semacam rebutan KANAL frekuensi TV UHF di daerah, antara TV JAKARTA (dulu disebut TV SWASTA NASIONAL), dgn TV LOKAL.

Sebagai contoh kasus di Jogja, TV JAKARTA yg menasional, ada 10 stasiun, yaitu TPI, RCTI, GlobalTV, ANTV, Lativi, SCTV, Indosiar, MetroTV, TRANSTV dan TRANS 7. Padahal jumlah kanal UHF cuma 14, jadi dari 14 kanal UHF yang 10 kanal sudah dipakai oleh TV Jakarta. Sehingga masih sisa 4 kanal UHF di Jogja. Sisa 4 kanal UHF ini digunakan 1 kanal oleh TVRI, lalu 2 untuk cadangan TV DIGITAL. Jadi hanya tersisa 1 kanal saja untuk TV LOKAL, asal tahu saja TV lokal berdirinya kan belakangan, setelah TV Jakarta beroperasi.

Begitulah di Jogja hanya tersisa 1 kanal UHF, dan anehnya di Jogja ada 2 TV Lokal yang sudah eksis mengudara, yaitu JOGJATV dan RBTV, sehingga dapat dipastikan salah satunya pasti memakai KANAL CADANGAN DIGITAL yang jumlahnya ada 2 kanal.

Timbul masalah lagi, karena ini di JOGJA ada 6 TV LOKAL yg mengajukan ijin mau siaran (sumber : Harian Kedaulatan Rakyat), yaitu memperebutkan sisa 1 KANAL CADANGAN DIGITAL di 44 UHF.

Yang menjadikan saya heran, bingung, tidak mengerti, adalah mengapa hanya hanya kanal UHF televisi saja yang diributkan dan diperebutkan.
Jika saya tidak salah, jaman HP masih dengan teknologi AMPS (pendahulu teknologi CDMA). Providernya juga lokal, jadi per daerah ada Provider sendiri-sendiri, tidak seperti sekarang ini, misal sebagai contoh adanya Provider GSM di frekuensi 900 MHz yang menguasai 50 kanal untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia (di GSM 900MHz ada 124 kanal yang dibagi untuk 3 operator GSM). Pertanyaannya kenapa orang-orang(pengusaha) di daerah tidak pada berminat dan minta jatah frekuensi untuk membuat Provider Telekomunikasi Lokal pada jaringan telekomunikasi dengan teknologi GSM ataupun CDMA. Atau kenapa tidak ada aturan Provider Telekomunikasi Seluler Jakarta harus bekerja sama dengan Provider Telekomunikasi Lokal. Jadi kalau mau adil, jika memang TELEVISI tidak boleh siaran nasional, jika tidak bekerja sama dengan Televisi lokal, maka Provider Telekomunikasi GSM dan CDMA juga tidak boleh dengan lisensi Coverage nasional, jika tidak bekerja sama dengan Provider Telekomunikasi Lokal.

Intinya apakah itu jaringan telekomunikasi GSM, CDMA, WCDMA (3G), WIMAX, WIFI, juga TELEVISI kan tetep saja pakai KANAL FREKUENSI. Terus kalau TV Jakarta yang sudah duluan pakai frekuensi UHF di daerah, yang sudah investasi miliaran Rupiah untuk membangun STASIUN TRANSMISI didaerah-daerah, lalu digusur tidak boleh siaran lagi, apakah ini masuk akal dan adil???

Sebenarnya kalau baca di koran-koran inti permasalahan dari TV Jakarta, yang diributkan di daerah adalah content lokal atau muatan berita daerahnya ataupun iklan-iklannya yang kadang tidak cocok bagi seluruh suku bangsa di Indonesia, contoh kebanyakan dalam iklan, perempuan cantik diidentikkan dengan kulit yang putih, kan tidak bisa seperti itu, bagaimana dengan perempuan dari Papua? Jadi yang jadi pertanyaan sekarang adalah mau mempermasalahkan FREKUENSI (KANAL) atau MUATAN LOKAL? Jika seperti itu, andai TV Jakarta sudah ada muatan lokal sesuai yang disyaratkan, (kurang begitu tahu, sepertinya sekitar 30% atau sekitar 3 jam per hari), sebenarnya masalah sudah selesai.

Tapi jika yang dipermasalahkan, diributkan, dan diperebutkan adalah Kanal Frekuensi, jadi lucu juga. Kembali ke judul saya, FREKUENSI MILIK SIAPA.

Tapi ngomong-ngomong kalau diadakan semacam polling, apakah rakyat Indonesia diluar Jakarta, bisakah
1. Enggak nonton Sinetron yang digemarinya?
2. Enggak Nonton Sepakbola: BPL, Itali, Spanyol, Belanda, Liga Indonesia, Copa Indonesia dll.
3. Enggak bisa nonton MOTO GP, F1
4. Enggak nonton FILM-FILM Hollywood dan Bollywood yang asyik.
5. dll
Padahal GRATIS loh, memang sih sebenarnya gak gratis juga, karena sebagai penonton TV yang baik ya ada baiknya membeli produk yang beriklan pada acara yang kita senangi, jadi sebenarnya penonton TV juga bayar, walaupun secara tidak langsung.

Kemarin LIGA Inggris sempat hilang saja, banyak yang pada keberatan, apalagi jika TV Jakarta terus benar-benar tidak boleh siaran di daerah. Walah nanti yang seneng berat dengan sinetron CAHAYA bisa pada protes, juga dengan yang seneng pada acara-acara lainnya.

Kembali ke permasalahan. FREKUENSI MILIK SIAPA? Sekedar usul saja sih, jika memang TV Jakarta enggak boleh lagi pakai kanal UHF di daerah, bagaimana kalau TV Jakarta kompak saja, semua transmisinya migrasi ke PEMANCAR TV DIGITAL, nanti biar dibuat SET BOX konverter dari Digital ke Analog, sehingga TV analog masih bisa untuk melihat. Kalau harganya SET BOX sekitar Rp. 200rb pasti pada beli juga yang ingin liat TV Jakarta di daerahnya masing-masing. Biarkan TV LOKAL memakai kanal UHF yang sekarang dipakai TV Jakarta. Biarkan masyarakat memilih, mau liat TV Jakarta atau TV Lokal, dengan konsekuensi masing-masing. Jadi ingat saat dulu RCTI siaran UHF pertama di Jogja, orang-orang juga pada beli tambahan alat agar TVnya bisa nangkep VHF, karena umumnya TV penerima saat itu cuma UHF untuk nangkap TVRI saja.

Mungkin di jaman sekarang ini, yang kebanyakan diukur dari materi, yang paling mendekati kebenaran adalah FREKUENSI itu milik orang yang punya uang. Uang yang banyak. Gitu saja kok repot………