EDP TV ANALOG : Gelora TV dan BBS TV 7

image

Ini adalah rangkainan EDP calon pemancar TV analog di wilayah Jogja-Solo untuk penambahan kanal analog 55, 57, 61 UHF. Total yang sudah EDP adalah 12 TV.

Tadi saya hanya menekankan usul bahwa kalau memang niat mendirikan TV maka harus mau pasang pemancar di Ngoro-Oro,Patuk, Gunungkidul. Yaitu di desa pemancar TV layanan area Jogja Solo. Butuh modal 4-5 Milyar untuk mendirikan pemancar TV, kalau point ini saja tidak bisa memnuhi, maka harus lapang dada jika kalah dengan yang lebih siap.

Penilainan dari segi pemacar jika 0-10 maka nilai 10 adalah punya tanah sendiri di Desa Ngoro-oro, lalu bikin tower 100 meter, install pemancar bagus yang 20 KW, punya genset yang bagus, punya UPS yang bisa backupa sebentar saat PLN mati dan pergantian ke Genset, dan tentunya karyawan yang berkualitas, minimal lulusan D3 teknik Elektro.

Jika 12 TV yang EDP ini dirangking secara pemancarnya, maka KPID DIY tinggal pertimbangkan saja point point penilaian seperti yang sudah saya sampaikan diatas. Jadi pemenangnya terukur secara teknis pemancar.

Ibarat mau lomba balapan motor 500 CC, kalau dari awal cuma punya motor 150 cc maka bagai mana akan bisa bersaing, yang ada hanyalah akan selalu dioverlap terus dan berulang. Maka penting dan harga mati untuk dari awal punya pemancar sendiri yang bagus. Berkacalaha pada kasus RBTV yang dulu di jalan Jagalan Jogja, lalu dulu juga RCTI, SCTV, GlobalTV, MetroTV sebelum tahun 2003 berada di Dlingo, maka penonton harus geser geser antena untuk melihat ke arah Dlingo atau arah Ngoro-oro, repot. Atau lihat TVRI VHF dan lihat RBTV saat di jagalan Jogja, maka harus lurus kearah antena di Jagalan atau di TVRI jalan Magelang. Repot.

Jadi saya sebagi orang teknik pemancar tentu mendukung yang siap mendirikan pemancar bagus di Ngoro-Oro, meskipun nantinya itu jadi pesaing TV tempat saya kerja juga, tapi ini kan fair, bersaing program acara, kalau dari awal pemancar jelek, radius 20 km sudah bersemut banyak, bagaimana mau bersaing walau programnya bagus. Ini sekarang terjadi pada ADITV, saya menyukai program acara cak Nun, tapi kadang menyebalkan ketika tiba tiba suaranya hilang, atau malah gambar hilang, atau malah pemancar mati karena listri PLN mati dan gensetnya ADITV tidak bisa backup.

Semoga nanti yang menang rebutan 3 kanal analog tambahan ini punya dana 5 milyar untuk membangun sendiri tower dan pemancarnya di Ngoro-Oro. Amin.

image

image

image

image

image

image

Pemancar ADITV pindah ke tower bekas TATV

Tadi pas jumatan melewati tower bekasnya TATV di komplek stasiun tv jogja solo di Ngoro Oro Gunungkidul, ternyata sudah terpasang antena milik ADITV.

Tower bekas TATV ini letaknya dekat dengan tower indosiar dan metrotv. Ada diselatan tower MNCTV.

Saya tidak tahu tepatnya kapan ADITV pindah dari tower MNCTV ke tower bekas TATV, katanya sih bukan november 2014, karena bulan November kemarin saya tugas di Pati dan Blora sehingga tidak melihat sendiri kepindahannya.

ADITV ini tv lokal jogja yang menempati kanal 44.

Awalnya dulu punya tower sendiri di dekat balai desa NGORO ORO. Lalu roboh kena angin. Lalu pindah ke tower tvOne, lalu pindah lagi ke tower MNC. Dan sekarang pidah lagi ke tower bekasnya TATV.

Sepertinya semua kejadian diatas saya tulis di blog saya ini.

Untuk kepindahan ke bekas tower TATV ini, mungkin akan bisa bertahan lama, karena tower ini memang nganggur, dulunya dipakai TATV SOLO, tapi karena TATV pakai kanal Magelang dan mengajukan ijinnya di SOLO, maka tidak bisa siaran dari Jogja. Juga nanti paling kalau analog CUT OFF dan harus pindah ke digital semua, maka mau tidak mau ADITV harus sewa ke penyedia MUX DIGITAL.

Memang beberapa hari ini di rumah saya lihat ADITV lebih baik kualitas audio videonya di tv penerima saya.

Semoga ini kepindahan ADITV yang terakhir.

ADiTV sekarang onair dari tower MNCgrup

Tepat 1 April 2012 kemarin ternyta ADiTV telah rampung pindahan ke lokasi baru di towernya MNC grup, padahal di MNC gedungnya minimalis dan sudah ditempati MNCtv (TPI), RCTI dan GlobalTV, sehingga pasti sumpek tempatnya ketimbang saat ADiTV di tvOne dulu.

Menurut penilaian pribadi saya, ADiTV ini malah boros karena dari awal tidak serius membuat pemancar dengan standar minimal. Perlu diketahui bahwa ADiTV ini sudah 3 kali ini pindah tower, yang pertama di towernya sendiri yang kemudian ambruk kena angin kencang, lalu pindah ke tvOne, lalu terakhir pindah ke MNC grup. Saat pidnah dari towernya sendiri ke tower tvOne, masih memakai mesin pemancar yang lama, sehingga tidak perlu beli pemancar baru, tapi untuk antenanya beli baru karena remuk saat towernya rubuh.

Antena yang putih milik ADiTV menjelang dicopot

Pada pindahan kali ini pemancarnya ganti baru, meskipun dengan merek yang sama yaitu LINEAR dari italy, hanya powernya lebih besar dan pemancar yang baru ini adalah sejatinya pemancar digital, tapi justru dianalogkan. Jadi besok jika harus siaran digital, ADiTV ini pemancarnya sudah siap, hanya masalahnya apakah mendapat kanal frekuensi digital atau tidak, menurut saya kok ya berat utnuk mendapat kanal frekuensi digital.

Kalau dihitung-hitung, ADiTV ini malah boros biaya dan waktu, ganti pemancar baru, ganti feeder, ganti tempat, ganti tower. Entah sampai kapan, mungkin sampai nanti teknologi DVB-T diberlakukan, maka ADiTV tinggal ikut ke NETWORK PROVIDER yang ada, tidak perlu bikin tower dan bikin bangunan. Ini memang dilema bagi ADiTV, tanggung waktunya jika bikin tower dan bangunan pemancar sendiri.

Lihat saja kompasTV yang beli kanal frekuensi RBTV saja hanya gabung di gedung dan tower trans7, tetapi lain ceritanya dnegan ADiTV, kalau kompasTV serius, pakai pemancal berkekuatan 30KW.

ADiTV mau pindah lokasi pemancar ke towernya MNC Grup

Setelah tower ADiTV rubuh, lalu pindah ke lokasi transmisi tvOne. Dan sungguh kabar yang mengagetkan, kemarin saya mendengar bahwa ADiTV dalam waktu dekat ini akan pindah ke towernya MNC Grup, menjadi satu lokasi, satu gedung dan satu tower dengan RCTI, MNCTV, GlobalTV.

Sebenarnya ADiTV sudah punya tanah sendiri di dekat SDN SOKA sebelah barat tower transTV, kenapa tidak membangun gedung dan Tower sendiri saja ya?

Baiklah kita tunggu saja setelah pindah semoga makin baik kualitas audio videonya.

ADiTV siaran tv digital di pusat kota Jogja

Tiger Piceks > KOBOYS
“Kanggo Ngraketke
Paseduluran”

Yang sudah
support TV digital silahkan
arahkan antenna ke mandala
krida ke salatan sedikit 300
meter- an, silahkan set ke
ADiTV Frekuensi 802.000KHz
(bandwidth 8Mhz), Sayange
kualitasnya masih SD, 526i, 4:3
18 minutes ago · Like ·

 

===========================================================

Ini saya copas dari status member grub koboys di facebook.

Langkah yang cerdas dan berani jika memang ADiTV sudah mencoba untuk siaran digital, saya sendiri tidak bisa mengetest karena tidak punya alatnya.

Yang saya belum paham adalah frekuensi yang digunakan ini sudah seijin KPID Balmon belum ya?

Sebenarnya jika mau gotongroyong, untuk TV lokal jogja bisa barengan siaran digital dengan antena di pusat kota Jogja, mungkin bisa di bekas punya RBTV, jadi misal ADiTV, RBTV, JogjaTV siaran bareng dengan satu mesin pemancar dan satu antenna di towernya RBTV.

Meman gnantinya musti mengedukasi masyarakat untuk beli STB (SET TOP BOX) yang fungsinya untuk menerima siaran digital lalu diubah ke analaog agar tv analog yang dipunyai warga bisa untuk melihat pancaran tv digital ini.

Okelah mari kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.

ADITV gabung di tower tvOne siap siaran lebih baik dan jernih

Setelah kemarin antenna aditv tumbang, dan sementara ini hanya siaran dengan antenna yang dipasang pada sisa tower yang utuh yang ketinggiannya hanya sekitar 20an meter, maka sekarang aditv bergabung dengan tower tvone yang ketinggiannya adalah 100meter.

 

Masih dengan pemancar LINEAR 6KW dikombinasikan dengan antena produk lokal merek BUDEP buatan Ir. Sumeh MT. yang handal, maka Aditv siap siaran dengan kualitas audio video yang lebih baik.

Jika sesuai dengan jadwal perencanaan, kemungkinan tanggal 7 April 2011 aditv akan siaran pertama kali di tower tvone, jadi mari kita tunggu.

Baca lebih lanjut

Analisa robohnya tower ADiTV, dan langkah selanjutnya

Sore jam 17:35, tanggal 16 Januari 2011, tepat sehari setelah tower ADiTV tumbang, saya sempatkan mampir untuk melihat-lihat. Kebetulan saya bertemu dengan penduduk yang rumahnya dekat dengan tower yang saya kenal, dan tidak lupa saya tanya ini itu seputar kronologis dan kondisi tower.

Dari data yang saya punya, ternyata towernya setinggi 72 meter, dengan bentuk empat pilar terbuat dari besi L, dari bawah sampai atas sepertinya sama bentuknya, artinya tidak berbentuk besar dari bawah, lalu mengecil sampai diatas, sebagai perbandingan untuk tower yang saya tahu tingginya 100meter, pondasi dibawah ukurannya adalah 11 x 11 meter, dan sampai di ketinggian 100 meter diatas, ukurannya menyempit menjadi sekitar 1 x 1 meter, inipun di bawah sudah ditanam pondasi dengan berat berton-ton yang saya sendiri tidak tahu detilnya, yang jelas fungsi pondasi dibawah adalah untuk pemberat dan penyeimbang agar tower kokoh berdiri, tahan terhadap gempa dan angin dalam batas tertentu yang disyaratkan.

Ukuran tower adalah kotak 50 cm persegi dari bawah sampai atas. Sebagai penguat, ditarik empat arah dengan kabel-kabel baja yang berujung pada empat pilar beton yang ada pengaitnya. Dari bincang-bincang dengan penduduk tadi, saya mendapat masukan bahwa pegangan besi di dudukan pilar pernah rusak, dan hanya di las, ini juga saya lihat sendiri yang ada disisi utara sebelah barat, heran kenapa bukan dibuat dari besi tahan karat ya? Juga kabel penariknya tidak seimbang kekencanganya pada semua sisinya.

Panel antena yang berbentuk kotak persegi panjang, kurang lebih ukurannya (1000 x 500 x 190 mm) panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan tebalnya19 cm seperti terlihat di foto paling atas, itu adalah cover antena warna putih berbahan seperti fiberglass. Berat untuk satu panel antena adalah 12 Kg, dan di ADiTV ada 16 panel antena, maka ada beban 192 kg diatas tower. Data panel antena bisa dibaca disini http://www.kathrein-scala.com/catalog/K72314%20series.pdf

Jadi dengan tinggi antena yang 72 meter yang tidak lazim kontruksinya untuk dipakai sebagai tower tv, dengan beban diatas yang kurang lebih 192 Kg, dengan penguat melalui tarikan tali-tali baja yang sepertinya kurang sempurnya kekencangannya, sehingga perkiraan saya, saat ada angin kencang disertai hujan membuat tower terayun-ayun dan akhirnya tidak kuat, lalu patah dan tumbang. Sebuah investasi yang dari awal saya lihat memang agak sia-sia, mengingat hanya dengan power pemancar yang 5KW dan ketinggian antena 72 meter, sungguh di rumah saya letaknya di sleman paling selatan, kualitas audio dan video ADiTV memang memprihatinkan. Dan memang tidak ada TV lokal yang videonya atau kualitas gambarnya bagus sampai di rumah saya.

Kerugian yang paling besar akibat tumbangnya tower ini adalah masjid yang kayu-kayunya patah, serta gentingnya rontok, juga eternit di dalam saya lihat juga rusak berlubang, belum lagi kerugian rohani akibat dari tidak bisa dipakainya masjid ini. Sedangkan bagian antena yang mengenai DAK COR GEDUNG TK saya lihat tidak nampak kerusakan, tapi tidak tahu kalau dilihat dari dalam gedung, mungkin ada kerusakan juga. Pastinya penduduk sekitar tower sudah tidak mau lagi jika didirikan lagi tower dengan kontruksi seperti itu, padahal kalau dibangun tower yang standar TV, saya lihat tanahnya kurang lapang.

Langkah paling cepat dan tepat adalah bergabung dengan tv lain yang tower dan gedungnya boleh disewa, jadi tinggal instalasi pemancar lama di gedung baru, lalu membeli panel antena dan feedernya (kabel dari pemancar ke antena). Apalagi mengingat besok saat implementasi PEMANCAR TV DIGITAL, mau tidak mau harus saling bergabung dengan maksimal 6 pemancar menjadi satu, cukup memakai satu mesin pemancar, satu tower dan satu antena.

Sepertinya pemancar TV adalah bagian sepele dari sebuah bisnis pertelevisian, tetapi orang baru sadar bahwa tanpa pemancar yang sehat dan hidup, maka sia-sisa saja semua produksi siaran, mungkin satu dua orang bisa menonton via internet streaming atau satelit, tapi tetap saat ini lebih nyaman melihat tv dari pemancar, murah meriah gratis.

image

Cover panel antena

image

Cover panel antena

image

Tampak dekat kontruksi antena dan sambungannya

image

Roboh keutara, kena masjid, lalu belok ke timur kena DAK COR

image

Ujung antena jatuh di sebelah Timur Gedung TK depan Masjid

image

bagian antena yang diatas DAK COR GEDUNG TK

image

Panel-panel antena copot dari dudukannya

image

berkarat, harusnya dari bahan galvanis

image

Tampak tower paling bawah masih berdiri utuh

image

Beton pilar untuk penahan tali tali baja penguat tower

image

saya foto dari selatan masjid, menghadap selatan

image

melawati teras masjid ke DAK COR GEDUNG TK

image

Tampak tower BTS Telkomsel, dan yang jauh tower tvOne

image

Eternit didalam masjid dekat mustoko, jebol

 

image

Tampak BTS XL diselatan masjid

Okw

Akhirnya tower ADiTV tumbang kena angin

Desa Pemancar

Paling kanan Tower TVRI 120meter, JOGJATV 70m sebelah kiri TVRI

Tower ADTV sebelum tumbang

tower BTS Telkomsel yang besar, tower ADTV yang kecil

Saya foto dari sisi selatan tower tvOne

image

Difoto dari selatan masjid, genteng masjid tampak rontok

Ini difoto dari selatan masjid, tampak genting masjid rontok, di kejauhan sebelah utara tampak tower BTS SmartFren dan Indosat yang menjadi satu, tetap kokoh berdiri.

image

Setelah menimpa sisi selatan masjid, tower lalu jatuh menghantam bangunan DAK GEDUNG TK yang terletak di depan masjid persis, jadi tower jatuhnya menyerong ke arah utara-timur.

image

Setelah menimpa DAK GEDUNG TK, sisa tower jatuh di kebun kosong penduduk, yang tampak di ujung daun pisang itu adalah panel antena, biasanya berwarnya merah atau putih. Panelnya sudah remuk. ADTV saya yakin akan berhenti siaran cukup lama, karena harus beli antenna baru, membuat/menyewa tower dan instalasi lagi dari awal.

image

Foto di dalam masjid, tampak eternit yang rontok berserakan di lantai masjid, bangunan masjid mengalami kerusakan, HORN/pengeras suara gepeng rusak.

Genteng masjid yang rontok

*update foto dari satpam kantor saya, dikirim via mms kayaknya. Jadi kualitas foto kurang maksimal.
==============================================================

Kemarin sore tanggal 15 Januari 2011, saya mendapat SMS dari OB kantor saya bahwa tower ADiTV yang letaknya di dekat tvOne, akhirnya tumbang dihantam angin. Kebetulan rumah OB didekat ADiTV sehingga saya yakin berita ini benar 100%. (dan ternyata benar)

Kenapa saya tulis “akhirnya tumbang” dengan tanpa bermaksud melecehkan dan merendahkan, sesungguhnyalah tower ADiTV memang bukan standar tower untuk TV, kebih pantas untuk tower radio karena memang bentuknya kecil seperti tower radio atau tower internet yang bisa dilihat seperti misal yang ada di sekolah-sekolah, dengan ciri utama, diperkuat dengan tarikan kabel-kabel ke tiga sudut berbeda.

Tentu saja tower seperti ini akan payah dibebani panel-panel antena tv yang bentuknya kotak besar persegi panjang setinggi semeter dan lebar kisaran 40cm. Padahal ada sekitar lebih dari 10 panel diatas tower. Jika salah satu tali penarik kendor atau putus, menjadi tidak seimbang, dan gampang tumbang.

Kemarin saya masuk kerja siang, dan kisaran jam 15 memang anginnya kencang di sekitar kantor saya. Tapi tumbangya tower ADiTV kira-kira kisaran jam 20, dan saya pulangnya jam 18.

Tower ADiTV ini letaknya di selatan balai desa NGORO ORO, tepat di selatan masjid di komplek kalurahan. Dan towernya ambruk ke masjid. Tetapi untunglah tidak ada korban jiwa.

Kedepan mungkin akan lebih baik jika ADiTV misalnya bergabung saja dengan menyewa tower tvOne atau tv lainnya. Bisa lebih tinggi dan jelas lebih aman. Tinggal investasi beli antena dan fedder baru, serta instalasi mesin pemancarnya di gedung baru yang disewa.

Sejujurnya selama ini di rumah saya, ADiTV hampir-hampir tidak ada, kepyur, sehingga untuk menonton juga enggan, jadi memang kualitas gambar dan suara kudu bagus dulu, sehingga konten yang misal kurang menarikpun tetap enak ditonton.

Insya Allah ADiTV onair pertama dari Ngoro-oro hari ini

18 Juli 2009

09:40

Saya tadi pulang dari shift malam, dan melihat tower ADi TV sudah terpasang antena sebanyak 8 panel kalau tidak salah, maklum kurang jelas melihatnya karena sambil lalu naik motor, belum sempat memotretnya. jadi kalau saya amati sepintas, 4 panel mengarah ke Solo, dan 4 panel lagi mengarah ke Jogja, yang arah selatan sepertinya tidak ada.

logo ADiTV

logo ADiTV

Untuk yang belum tahu, bahwa ADi TV ini akhirnya yang berhak atas kanal 44 UHF, satu-satunya kanal yang tersisa di area Jogja-Solo, yang kemarin sempat menjadi “rebutan” beberapa tv lokal. menurut saya sudah tepat ADi TV yang milik warga Muhammadiyah memperoleh kanal ini, karena memang Muhammadiyah sebagai organisasi massa keagamaan yang besar dan mayoritas di Jogja ini.

Sampai saat saya menulis ini, saya belum mencari kanal 44 apakah memang sudah siaran atau belum, ADi TV ini sementara setahu saya hanya berdaya 2 KW, bandingkan dengan TV Jakarta yang ada di Ngoro-Oro yang rata-rata pemancarnya berkekuatan 20KW, jadi nanti misal gambarnya kurang bagus, kurang jelas, masih ada semutnya, ya kita maklumi saja. Sebenarnya keputusan yang tepat juga dengan power pemancar sebesar itu, karena paling hanya akan berumur 3 sampai 5 tahun saja, sebab harus beralih ke teknologi digital.

saham aditv

Semoga dengan hadirnya ADi TV ini akan bisa menjadi penyeimbang dengan materi siaran yang mendidik tetapi menarik untuk ditonton, karena kalau mendidik tapi tidak menarik, percuma saja.

Jadi warga Jogja Solo, mari kita cari-cari di kanal 44 apakah memang sudah on air atau belum.

Selamat datang ADi TV.

Update jam 20:30

Mencari kanal 44 di TV rumah, Alhamdulillah ketemu, memang benar malam ini ADiTV sudah onair perdana, siarannya dari acara menjelang satu abad muktamar Muhammadiyah. Saya yakin ini memang dari pemancar di Salaran, Ngoro-Oro, karena gambarnya walaupun kurang jernih, tapi tertangkap juga, jika dipancarkan dari UAD, saya yakin akan tidak ketangkap antena di rumah saya, karena antena saya menghadap ke arah Ngoro-Oro.

19 Juli 2009

Saya masuk malam, dapat berita dari satpan kantor, bahwa ADiTV memang baru siaran percobaan sekadar launching tanggal 18 Juli 2009, karena antena masih akan ditinggikan, dan feeder atau kabel antena masih panjang dan hanya digulung dibawah.